Maya the Bee Movie (2014) BluRay 1080p

Posted by Unknown Kamis, 14 Mei 2015 0 komentar
Info:http://www.imdb.com/title/tt3336368/
Release Date: 8 March 2015 (USA)
Genre: Animation | Adventure | Comedy
Stars: Kodi Smit-McPhee, Noah Taylor, Richard Roxburgh
Quality: BluRay 1080p
Encoder: SHQ@Ganool
Source: 1080p BluRay x264 DTS-FGT
Subtitle: Indonesia, English
Synopsis:
Maya is a little bee with a big heart! Join her on an epic adventure.


Sumber: ganool.com 

Baca Selengkapnya ....

Menunggu IP Awal

Posted by Unknown Rabu, 04 Februari 2015 0 komentar


Wuihh..... sudah tanggal 5 Februari nih, dimana pada tanggal ini Politeknik Negeri Bandung sedang melaksanakan rapat jurusan untuk menentukan nilai IP masing-masing mahasiswa, aduhh...Gue cemas nih, nilai IP gue berapa ya???? 3.50?? 3.40 ??? ahhhh pokoknya dag-dig-dug lah...

Harapan gue dinilai Ip pertama ini pokoknya di atas 3 lah jangan di bawah 3 soalnya nih kata kaka tingkat kalau misalkan IP semester awal itu bisa mempengaruhi IPK ???? ya iyalah mempengaruhii... namanya juga IPK ( Indeks Prestasi Kumulatif) ya di kumulatifkan lah dari awal??? oh iya yah bego banget gue -_-.  katanya juga.... Mata kuliah semester 2 dan seterusnya lebih sulit dari semester awal, maca ciiiih????? ini serius!!!!! jadi kemungkinan Ip semester dua kecil broo dan maka dari itu IPK bisa kecil.  Kalau menurut Gue omongan kaka Tingkat mengenai itu jangan di denger...... jangan menjadikan hal tersebut membuat semangat kita kendor untuk kuliah dan berprestasi....hadapi masalah yang ada dan tuntaskan!!! wuiiihhh keren kan kata-katanya??? wkwkw :D

ok kembali ke IP....Gue sih masih tetap berharap nilai Ip bagus lah jadi sebanding dengan kerja keras gue....... ya iya lah kerja keras... gimana tidak gue selalu begadang ( main PES 2015) gue selalu pakai Kalkulator ( menghitung pengeluaran bulanan) gue selalu baca buku ( membaca cerpen) coba .... gue kurang apa lagi untuk mendapatkan nilai IP bagus???? setidaknya 4.0 lah ngga muluk muluk...

semoga saja nilai IP gue gede jadi bisa membahagiakan orang tua saya yang membiayai perkuliahan saya ini.... amiin ya allah :)

Baca Selengkapnya ....

Hansel Vs Gretel (2015) 720p WEB-DL

Posted by Unknown Selasa, 03 Februari 2015 0 komentar
                                                     Hansel Vs. Gretel (2015) Poster

Synopsis :When Gretel falls under a dark spell and organizes a coven of witches, Hansel must find the courage to fight his twin sister and the sinister forces controlling her.
Release  : 20 January 2015 (USA)

Download
                                      IDUP.IN: http://idup.in/oknyvfcnnjrj
                                MyLinkGen: http://mylinkgen.com/p/MzEzNTI

source :Ganool

Baca Selengkapnya ....

Cerita Gue 'Gaber Milih Jurusan Kuliah'

Posted by Unknown Senin, 02 Februari 2015 2 komentar

     
Kuliah??? apa itu??? Apa bisa gue kuliah???? Pertanyaan  itulah yang terbayangkan pada waktu gue di SMA, mungkin pertanyaan itu juga di alami oleh adik-adik kelas 12 sekarang. yah memang anak SMA itu harus Kuliah kalau ngga kuliah kemana lagi??? kerja???? ngga punya skills yang di punya hanyalah menghitung-hitung angka yang tidak pasti??. Beda sama anak SMK yang mempunyai skills mau kerja sudah siap. yahh... itulah nasib anak SMA mau tidak mau harus sekolah lagiii

    Ngemeng-ngemeng..... eh maksud gue Ngomong-ngomong tentang kuliah, gue jadi teringat waktu kelas 12, btw sekarang gue udah Kuliah di salah satu Politeknik Negeri di Bandung. Pada waktu itu hidup gue terasa hancur seperti debu yang beterbangan tanpa arah.... lebay amat guee emang kenyataanya gimanaa??? bisa di bilang... Gaber lah ( Galau Berat), Mulai dari galau kuliah dimana nih gue?? jurusan apa?? kalau salah jurusan gimana??? pertanyaan itu terus-menerus membayangi pikiran gue, sampai-sampai... pertanyaan itu bersaing dengan wajah doi yang selalu terbayang .... hahaha fokus yan ini ngomongin masalah perjuangan waktu kelas 12 jangan ngomongin doii.. okeh kembali ke tengtopp eh maksud gue laptoppp. Pada waktu itu gue kaya orang sok kenal dan sok dekat dengan guru dan kaka kelas yang udah kuliah... gue gali terus informasinya.'bu univ yang bagus apa??? jurusan yang prospeknya bagus apa???' pertanyaan itu terus terlontar dari mulut gue hampir setiap detik, menit, jam, hari, minggu, bulan bahkan tahun (lebay.... -_-)  gue tanya terus tu guru BK ,bolak-balik ke ruangannya bosen tuh kayanya guru BK tapi gue salut sama guru BK gue yang sabar, baik hati dan suka menabung.

    Singkat cerita gue kepincut tuh sama jurusan Teknik Komputer tapi Dimana????? gue mulai cari lagi tuh Univ yang Teknik Komputernya bagus, diantaranya : Telkom University, Gunadarma University, Universitas Indonesia, IPB, dll. Dari situ gue pantengin terus tuh website masing-masing kampus, pada akhirnya guru BK gue ngasih tau gue ada pendaftaran Maba di Telkom University terus gue di kasih brosur sama guru Bk gue, gue baca tuh brosur.... gue seneng tuh di situ ada jurusan Tenik Komputer dan boleh memilih 7 jurusan gue liat lagi ehhh buset pendaftrannya 300 rb ... di situ gue bingung sampai gue tenggelam dalam lautan luka dalammmm eh malah nyanyi... singkat cerita gue daftar dan gue di terima, gue seneng banget tuh walaupun swasta tapi ngga kalah sama negeri pas baca-baca eh biayanya ngajak ribut mahalllnyaaaaaaaaaaaa 7 jt per semester coeg coba bayangkan ngga bisa membayangkan???? berarti kamu lagi galau hahahaha
gue singakat lagi nih cerita, bolehkan???? capek ngetiknya
saya daftar di berbagai Perguruan tinggi diantaranya :Gunadarma, IPB, UPI, Polban, Akamigas Balongan, UGM.  
'Karena bagi gue, kita ini lagi mancing  dan mencoba peruntungan kita ,tebarlah pancingan itu sebanyak-banyaknya peluang untuk dapat ikannya lebih besar dari pada menebar sedikit pancingan'

gue daftar beda-beda jurusan, gue ngga takut salah jurusan karena gue yakin yang merasa salah jurusan itu hanyalah diri gue, maka dari itu kalau diri gue menganggap jurusan itu nyaman maka nyamanlah gue kuliah di jurusan itu. Pada akhirnya hanya UGM yang menolak gue mentah-mentah hikshikshiks , disitu gue bingung milih yang mana nih??? gue berdoa siang-malam, pagi-sore dan pada akhirnya gue milih Polban dengan Jurusan Teknik Mesin. itulah cerita gue pada waktu itu banyak sih tapi gue ngga tulis semua.

usaha kita ini tidak akan sia-sia, pilih yang benar, pilih sesuai hati, berdoa, belajar, berbakti kepada orang tua itu kunci sukses kita
' kita semua berusaha berdoa semampu kita, tuhan yang menentukan dan orang lain hanya bisa berkomentar The Future Is Ours'
terima kasih telah membaca cerita saya ^_^




Baca Selengkapnya ....

Kalau Kamu Masih Mendewakan IPK Tinggi, Renungkanlah 15 Pertanyaan Ini

Posted by Unknown 0 komentar


Buat mahasiswa selain nilai. Tiap mahasiswa pasti penasaran dengan indeks prestasi komulatif yang diperolehnya.
Sangking penasarannya, banyak mahasiswa yang begadang sampai jam 00.00 supaya segera lihat nilainya. Gagal loading, coba lagi. Gagal lagi, coba lagi.
Perasaan senang hinggap kalau IPK kita  cum laude. Dengan gaya sok rendah hati yang dibuat-buat, kita akan memposting transkrip nilai di Facebook.
Tapi kalau IPK kita jeblok, dengan nada tegar yang dibuat-buat kita akan nulis status “IPK bukan segalanya.” Atau, “Yang penting adalah proses mendapatkannya.”
Hak untuk bangga atau tidak terhadap IPK adalah hak personal. Tapi, ada baiknya kalau mahasiwa merenungkan 15 pertanyaan ini.

1. Bagaimana IPK Dibuat?

Di dunia akademik, metedologi adalah hal penting yang tak boleh diabaikan. Dalam penelitian, misalnya, peneliti harus pertanggungjawabkan sumber dan analisis datanya. Dari mana data berasal? Bagaimana data itu diolah dan dianalisis?
Idealnya, pertanyaan serupa juga perlu diungkapkan terhadap IPK. Bagaimana dosen memunculkan angka antara 0 sampai 4 itu di kartu hasil studimu?
Secara normatif, skala 0 sampai 4 pada IPK adalah akumulasi penilaian kuantitatif dari nilai tugas, nilai ujian tengah semester, dan ujian akhir semester. Ketiga komponen itu dijumlahkan dengan rasio bobot tertentu. Ada dosen yang membuat rasioa 1:1:1, ada yang 1:2:3, ada juga yang 2:1:2 (ini dosennya bernama Prof Sinto Gendeng).
Tapi, apakah penghitungan itu dilakukan secara ketat? Hanya Tuhan dan dosenmu yang tahu.

2. Mengapa Universitas Perlu Membuat IPK?

Universitas menggunakan IPK sebagai alat ukur. Sebagai alat ukur, IPK berfungsi seperti termometer, speedometer, atau anumeter (alat ukur apa ini?).
Alat ukur biasanya menghasilkan angka atau tanda lain yang merepresentasikan sebuah kondisi. Angka atau tanda ini kemudian dibaca untuk mengetahui kondisi aktual. Dalam hal IP, kondisi yang ingin diketahui adalah perkembangan performa akademik mahasiswa.
Dengan IP, universitas bisa membuat kebijakan yang sesuai kebutuhan mahasiswa. Misalnya, mahasiswa ber-IPK rendah harus mengikuti pendalaman. Adapun mahasiswa IPK tinggi boleh mengikuti kuliah lanjutan.

3. Mengapa di Dunia Ini Harus Ada IPK?

Para pemikir positivistik zaman dulu percaya bahwa realitas hanyalah sesuatu yang dapat dilihat, diamati, diukur. Di luar sesuatu yang dilihat hanyalah takhayul, omong kosong, atau ilusi.
Keyakinan ini tampaknya diadopsi oleh para akademisi beraliran sama. Mereka hanya percaya sesuatu ada jika tampak, terlihat, dan terukur.
Mereka percaya kemampuan, pemahaman, dan penghayatan mahasiswa terhadap sebuah konsep juga harus terukur. Mereka baru percaya bahwa seseorang mampu, paham, atau menghayati jika ada indikatornya.
Keyakinan semacam inilah mendorong para dosen membuat alat ukur dengan berbagai alat tes. Dulu orang percaya soal pilihan ganda cukup akurat. Belakangan, orang yakin soal pilihan ganda adalah kekonyolan sehingga perlu ditinggalkan.
Untuk menggantikan itu, para dosen membuat alat ukur lain, misalnya ujian lisan, menulis makalah, atau portofolio.

4. Apakah IPK Cukup Akurat untuk Menilai Prestasi Mahasiswa?

Jika digunakan untuk mengukur aspek kognitif, tes-tes tertulis mungkin cukup memadai. Tapi, tes-tes semacam itu tidak bisa membaca aspek-aspek kemanusiaan lain, misalnya keyakinan, penghayatan, dan pengamalam. Padahal ketiga hal itu merupakan tujuan tertinggi pendidikan.
Ada sebuah kasus. Seorang guru agama Islam menggelar ujian lisan dengan meminta siswanya menghafal surat Al-Maa’uun. Siswa A mendapat nilai bagus karen hafal surat pendek itu. Tapi siswa B justru mendapat nilai jelek. Siswa B tidak hafal surat Al-Maa’uun, meskipun ia hafal surat Ali Imron.

5. Benarkan Orang Tua Kita Senang IPK Kita Tinggi?

Tiap orang tua berharap anaknya jadi orang baik – apa pun profesinya. Jika anaknya kuliah, tentu saja orang tua ingin anaknya jadi lebih cerdas dari sebelumnya.
Beberapa orang tua bangga anaknya ber-IP tinggi karena bisa dijadikan bahan obrolan di kantor. Beberapa orang tua senang anaknya cepat lulus supaya bisa dipamerkan dengan tetangga.
Tapi, ada juga orang tua yang tak ambil pusing dengan IPK anaknya. Mereka woles. Asal kamu bahagia, dia ikut bahagia juga; berapa pun IPK-mu.

6. Jika IPK Saya Rendah, Apakah Berarti Saya Bodoh?

Masih ingat pidator Erica Goldson saat pidato kelulusan? Lulusan terbaik itu menyinggung satu hal penting.
“Saya lulus. Seharusnya saya menganggapnya sebagai sebuah pengalaman yang menyenangkan, terutama karena saya adalah lulusan terbaik di kelas saya. Namun, setelah direnungkan, saya tidak bisa mengatakan kalau saya memang lebih pintar dibandingkan dengan teman-teman saya. Yang bisa saya katakan adalah kalau saya memang adalah yang terbaik dalam melakukan apa yang diperintahkan kepada saya dan juga dalam hal mengikuti sistem yang ada.”
Erica percaya, untuk dapat nilai bagus mahasiswa hanya harus melakukan hal yang sangat sederhana: turuti dosen. Kalau bisa, beri lebih dari yang mereka minta. Dosen suruh buat satu makalah, buatlah 3 makalah. Dosen minta Anda presentasi, berkhutbahlah! Dosen minta Anda rajin kuliah, berangkatlah ke kampus sebelum Subuh.
Tapi, itu pilihan yang punya risiko juga. Jika kamu terlalu sibuk menuruti keinginan dosen, kamu justru tidak sempat menuruti keinginanmu sendiri.
Sata mahasiswa lain naik gunung, kamu di kos kerjakan laporan praktikum. Saat temanmu rafting di Serayu, kamu justru buat paper. Sementara temanmu pergi ke bioskop sama pacar, kamu malah antri di servisan komputer gara-gara laptopmu njebluk!

7. Apakah IPK Berpengaruh terhadap Masa Depan Saya?

Tergantung kamu ingin jadi apa kelak. Kalau mau jadi karyawan, tentu kamu perlu IPK bagus supaya bisa ikut rekrutmen. Tapi kalau kamu pengin jadi pengusaha, yang lebih kamu perlukan adalah kecapakan berinovasi dan mental baja.
Kalau kamu pengin jadi pengacara dan buka firma hukum sendiri, IPK tinggi juga tidak mutlak diperlukan. Yang lebih kamu perlukan adalah keakapaan analisis.
Kalau kamu pengin jadi seniman, berkreasilah. Buatlah sesuatu yang bisa dinikmati banyak orang.

8. Benarkah Perusahaan Suka Karyawan Ber-IPK Tinggi?

Beberapa perusahaan membuat syarat ketat saat rekrutmen. Biasanya mereka hanya mengizinkan sarjana dengan IPK di atas 2,75 untuk ikut seleksi.
Sikap perusahaan ini, menurut saya, bukan strategi merekrut mahasiswa cerdas. Mereka hanya sedang menghindari merekrut karyawan malas.
Sebab, IPK 2,75 itu standar. Itu bisa diperoleh dengan cara-cara standar. Berangkat kuliah, presensi, nulis makalah, lalu ikut ujian. Jika IPK-mu di bawah itu, ada kemungkinan kamu malas. Itu saja.

9. Apakah IPK Membantu Kita Memperoleh Jodoh Idaman?

Menurut analisis psikologi sosial Prof Yamato Sukamesum, jumlah cowok yang tertarik dengan cewek karena kecerdasannya tidak lebih banyak daripada jumlah cowok yang tertarik dengan cewek karena ukuran pa****ranya.
Kalau kamu tidak percaya, perhatianlah saat cowok ngobrol dengan cewek yang baru dikenalnya. Dia memang berlagak memperhatikan pembicaraan, tapi percayalah, pandangan matanya akan “luber” ke mana-mana.
Begitu pula buat cowok nih. Cewek tidak tertarik dengan cowok pintar (apalagi sok pintar!). Lebih banyak perempuan justru tertarik dengan laki-laki yang membuatnya nyaman.
Kamu bisa lihat sendiri di sekolah. Populasi jomblo lebih banyak diisi oleh pecinta karya ilmiah. Cowok yang bisa masukan bola ke keranjang setinggi 3 meter justru sering gonta-ganti pacar kan?

10. Apakah Calon Mertua Menanyakan IPK Saat Lamaran?

Tentu saja iya (jika calon mertuamu adalah dosen pembimbing skripsimu di kampus). Bukan cuma tanya IPK, dia bahkan akan tanya kenapa rasio sampel dan populasi tidak representatif. Dia akan tanya bagaimana data A dan B ditriangulasikan.
Tapi kalau calon mertuamu adalah dai, dia tidak akan tanya IPK. Dia cuma akan memintamu salat yang rajin.

11. Apakah IPK Tinggi Bisa Diagunkan ke Bank?

Tidak! Bank tidak peduli dengan kepintaran orang di sekolah. Bank lebih peduli pada kepintaran orang menghasilkan uang.
Ini memang fakta yang kej(i)am. Tapi memang begitulah cara bank bekerja.
Mereka bisa memberi kredit 5 miliar pada juragan tanah lulusan SD, tapi susah sekali memberi kredit pada lulusan cum laude untuk sekadar buka usaha.

12. Berapa IPK yang Diperlukan Agar Bisa Jadi Presiden?

IPK Joko Widodo saat kuliah di Fakultas Kehutanan Universitas Gadjah Mada hanya 3,05. Tapi dia jadi presiden negara terbesar keempat di dunia.
Presiden Amerika Serikat Barack Obama lulus dari Jurusan Ilmu Politik Columbia University, tapi tanpa penghargaan. Konon dia bisa diterima di Harvard Law School karena politik afirmasi ras. Selain itu, saat itu karirnya sedang bersinar sebagai tokoh politik berhaluan liberal.
Tersebar guyon, sarjana dengan nilai A atau cocoknya jadi dosen, peneliti, atau ilmuwan. Kalau nilanya B cocok jadi karyawan atau PNS. Kalau nilainya C cocok jadi pengusaha. Kalau C atau D, cocoknya jadi politisi.

13. Berapa IPK Maria Ozawa?

Jangan tanya IPK-nya. Tanya yang lain, pasti saya bisa jawab. :-p

14. Apakah Soekarno Pernah Nyontek Supaya dapat IPK Bagus?

Saat sekolah Teknik di Bandung, dia pernah bekerja sama dengan mahasiswa lain saat ujian. Dan dia menyebut perbuatan itu sebagai “gotong royong”. Tidak percaya? Bacalah bukuPenyambung Lidah Rakyat karya Cindy Adam.

15. Pertanyaan Terpenting: Kapan Kampus Akan Berhenti Memproduksi IPK?

Segera. Tidak lama lagi orang tidak percaya lagi dengan penilaian kuantitatif. Masyarakat ingin penilaian akademik yang lebih otentik. Saat itulah kampus akan berhenti memproduki angka-angka.

Source : Portalsemarang

Baca Selengkapnya ....

Ikut SBMPTN 2014, Optimistis Dong! Jum'at, 30 Mei 2014 08:08 wib | Rachmad Faisal Harahap - Okezone

Posted by Unknown Jumat, 30 Mei 2014 0 komentar
Gagal SNMPTN, siswa harus optimistis mengikuti SBMPTN. (Foto: dok. Okezone)

JAKARTA - Gagal di Seleksi Nasional Masuk Perguruan Tinggi Negeri (SNMPTN) jangan membuat patah semangat untuk mencoba seleksi masuk PTN lainnya. Ya, masih ada Seleksi Bersama Masuk Perguruan Tinggi Negeri (SBMPTN). 

Tetapi, mengingat SBMPTN diikuti jutaan peserta, rasa pesimistis kerap dirasakan para siswa. Tapi tidak untuk siswa SMA Negeri 1 Pontianak, Sita Primadevi. Dia optimistis lulus SBMPTN 2014.

"Saya tahu saingan SBMPTN jutaan orang, tapi saya percaya asal saya usaha keras, doa dan tawakal sama Yang Maha Kuasa, saya pasti mendapatkan hasil yang terbaik," ujar Sita saat dihubungi Okezone,Jumat (30/5/2014). 

Sita pun menerapkan strategi belajar supaya lulus SBMPTN. Dia melakukan latihan soal sebanyak-banyaknya. Bahkan, Sita tidak malu meminta bantuan orang lain jika tidak mengerti dengan soal yang sedang dikerjakannya. 

Tidak hanya itu, Sita juga memasang waktu belajar secara intensif. Dia hanya menggunakan waktu istirahat pada Sabtu. 

"Yang paling penting harus ikhlas. Ilmu kan mau masuk di tempat yang lapang, makanya kita harus melapangkan dada dan melepas beban pikiran. Nikmati saja. Hidup ini untuk berjuang kan?" jelasnya.

Rasa optimistis Sita nampaknya tidak dirasakan Liston Ardies. Siswa SMK Telkom Schools ini justru merasa pesimistis karena kuota atau daya ampung SBMPTN hanya 30 persen. Sehingga, kecil kemungkinan dia lulus karena berasal dari SMK. 

"Siswa SMA sudah belajar prodi IPA dan IPS bertahun-tahun, jadi persiapan SBMPTN lebih matang. Berbeda dengan siswa SMK," ucapnya.

Walaupun demikian, dia juga mempunyai strategi belajar supaya lulus SBMPTN. Bekalnya, buku kumpulan soal SBMPTN. 

"Dari sekolah juga ada les mata pelajaran (mapel) Matematika. Baru minggu kemarin belajar SBMPTN, karena beda dari SMA, jadi saya baru belajar dasar-dasarnya saja," ungkapnya.

Liston menambahkan, jika tidak lulus juga di SBMPTN, maka dia mendaftar di kampus Kedinasan seperti Sekolah Tinggi Akuntansi Negara (STAN). (rfa)

Sumber : okezone

Baca Selengkapnya ....

Ini Kuota SBMPTN 2014 di Kampus Favorit Jum'at, 30 Mei 2014 10:07 wib | Rifa Nadia Nurfuadah - Okezone

Posted by Unknown 0 komentar


Sebelum mendaftar SBMPTN, pastikan kamu mengetahui daya tampung dan peminat kampus pilihan. (Foto: dok. Okezone)

JAKARTA - Masih ada beberapa hari lagi untuk mendaftar Seleksi Bersama Masuk Perguruan Tinggi Negeri (SBMPTN) 2014. Jika masih bingung menentukan jurusan dan kampus pilihan, ada baiknya kamu mencari tahu kuota kampus negeri peserta SBMPTN tahun ini. 

Laman SBMPTN 2014 memuat secara rinci informasi kuota yang dibutuhkan para siswa. Berikut kuota di 11 kampus favorit versi Kampus Okezone, seperti dilansir laman SBMPTN 2014, Jumat (30/5/2014). 

1. Institut Teknologi Bandung 
Total daya tampung: 1.424 kursi 
Total peminat 2013: 28.066 orang 

2. Universitas Gajah Mada
Total daya tampung: 2.053 kursi
Total peminat 2013: 63.905 orang

3. Universitas Indonesia
Total daya tampung: 1.294 
Total peminat 2013: 59.986 orang

4. Universitas Brawijaya
Total daya tampung: 3.583 kursi 
Total peminat 2013: 68.315 orang
 
5. Universitas Sebelas MaretTotal daya tampung: 1.864 kursi
Total peminat 2013: 54.104 orang

6. Universitas DiponegoroTotal daya tampung: 2.194 kursi
Total peminat 2013: 54.619 orang

7. Universitas PadjadjaranTotal daya tampung: 1.625 kursi 
Total peminat 2013: 73.557 orang 

8. Institut Pertanian  BogorTotal daya tampung: 875 kursi 
Total peminat 2013: 27.433 orang 

9. Universitas Airlangga Total daya tampung: 1.722 kursi 
Total peminat 2013: 30.163 orang 

10.  Universitas Jenderal Soedirman Total daya tampung: 988 kursi
Total peminat 2013: 29.834 orang 
 
11.  Institut Teknologi Sepuluh Nopember Total daya tampung: 969 kursi 
Total peminat 2013: 24.040 orang (rfa)

Sumber : okezone

Baca Selengkapnya ....
Template by Rian Fauziah7 | Copyright of Catatan Remaja Jelek.